Pages

Subscribe:

Labels

Tuesday, February 26, 2013

Cara Asyik Bermain Siluet


Bosan dengan gambar itu-itu saja saat jalan-jalan? Cobalah sedikit variasi siluet untuk memecah kebosanan. Caranya sederhana yakni dengan memanfaatkan cahaya yang terik dengan subjek membelakangi sumber cahaya. Si juru kamera cukup memotret dengan arah menantang cahaya. 


Biasanya para traveler memanfaatkan matahari tenggelam (sunset) untuk mendapatkan foto siluet yang ciamik. Sebab, langit merona merah membuat gambar makin atraktif dan provokatif. Tidak heran, foto-foto siluet dengan latarsunset dapat dikatakan menjadi frame paling populer diantara sekian foto siluet.



Untuk menghasilkan foto siluet yang menarik dan bercerita, ada semacam 'pakem' yang biasa dipakai. Pakem ini tentu bisa dilanggar, karena hanya kebiasaan umum saja, bukan masalah benar atau salah. 



Pertama, pastikan kondisi cahaya mendukung untuk membuat siluet dan yang akan disiluetkan. Paling nyaman adalah matahari berada dibawah garis horizon 45 derajat.




(Suasana sore hari di Xiamen, China/dok. Ari Saputra)




Pada saat itu, matahari tidak terlalu tinggi hingga manusia maupun benda lebih mudah disiluetkan. Posisi ini kira-kira sebelum pukul 9 pagi dan sesudah 3 sore, pada negeri 2 musim. Sementara untuk di negeri-negeri 4 musim, kondisinya tentu berbeda lagi.



Kedua, usahakan daerah terang lebih banyak dari daerah yang gelap (siluet). Kebiasaan ini untuk tetap menjaga foto tetap dinamis dan tidak monoton.




(Siluet sekelompok perempuan yang sengaja dijadikan latar depan atau foreground di Istana Deoksugung, Korea/dok.Ari Saputra)




Ketiga, sebisa mungkin bayangan gelap (siluet) yang dihasilkan mempunyai pola yang unik dan tidak hitam total. Siluet akan semakin menawan bila ditengahnya juga ada cahaya yang masuk dan membuat cerita sendiri.
Gambaran paling mudah soal ini yakni siluet wayang kulit saat dipentaskan. Banyak fotografer menyatakan, siluet terbaik adalah siluet wayang kulit karena karakternya sangat kuat dan bercerita.



Keempat, siluet bisa berdiri sendiri atau untuk memperkuat cerita sebagai foreground. Biasanya foregrounddengan siluet untuk memecah kebekuan atau foto yang itu-itu saja. Sehingga, dengan menambah foregrounddengan siluet, foto lebih mempunyai cita rasa dan sedikit berbeda.



Kelima, untuk seting kamera diusahakan senyaman mungkin, tidak harus di fungsi Manual. ISO biasanya di angka kecil dari ISO 100 hingga 400, tergantung pada tingkat cahaya yg ada.




(Siluet sebuah tebing di Kuta Lombok/dok. Ari Saputra)




Sementara diafragma pada lensa tidak terlampau lebar, biasanya pada level 8, 9, atau kalo perlu mencapai diafragma 13. Pada kasus tertentu, light meter perlu diturunkan 1 hingga 2 stop bila cahaya masih terang dan tidak menghasilkan siluet yang maksimal.







(Pantai Nusa Dua Bali di pagi hari/dok. Ari Saputra)

Tips 'Mencuri Waktu' Memotret


Fotografi traveling bukan hal yang murah, apalagi kalau targetnya luar kota bahkan luar negeri. Selain butuh budget lumayan berat, waktu yang cukup dibutuhkan untuk hasil foto maksimal. Biasanya budget mencukupi, giliran cuti kantor sudah habis untuk keluarga. Atau sebaliknya, waktu masih banyak namun isi kantong lagi pas-pasan. 

Salah satu kesempatan yang sangat baik untuk mengkompromikan keduanya yakni saat mendapat tugas dari kantor, menunaikan dinas luar kota atau dinas luar negeri. 

Eits... Tapi biasanya perusahaan juga tidak mau merugi dengan membiarkan karyawannya lebih banyak jalan-jalan daripada bekerja. Dari 4 hari dinas luar, biasanya hanya sehari diberi kesempatan 'menghirup udara bebas'. Selebihnya harus bertemu klien, rapat, memelototin angka-angka, memastikan target tercapai ataupun mengecek lokasi ke lapangan.

Nah, dengan waktu yang sempit, bukan berarti acara memotret dan memanjakan kamera kiamat. Kamera kesayangan masih perlu diajak jalan-jalan daripada hanya di tas atau dry box. Kasihan kameranya jadi stress enggak bisa melihat dunia luar.

Berikut beberapa tips singkat untuk memaksimalkan waktu minim saat hunting.

1. Pelajari agenda kegiatan dalam perjalanan dinas tersebut hingga detail waktunya. Pastikan ada waktu setidaknya setengah hari untuk bisa bebas memotret. Akan lebih bagus bila dapat kesempatan hingga satu hari penuh untuk memanjakan kamera kesayangan Anda.

2. Lakukan riset kecil-kecilan tentang kota yang akan dituju, khususnya tempat-tempat yang fotogenik. Jangan sia-siakan waktu memotret di tempat yang secara visual tidak menarik. 

Riset kecil-kecilan ini bisa dilakukan melalui internet dengan melihat foto-foto yang telah dihasilkan sebelumnya oleh orang lain di tempat itu. Bisa ngecek dulu ke flickr, picasso, stockphoto, ataupun situs lain yang khusus memasang galeri foto-foto.

Dalam foto tersebut, jangan terpaku pada data teknis kamera melainkan perhatikan waktu pengambilan gambar. Apakah pagi, siang ataukah sore. Kalau pagi pukul berapa, kalau sore pukul berapa dan seterusnya. 

Dilihat juga bulan pengambilan gambar dalam foto yang sedang diriset. Apakah dilakukan pada saat musim panas, musim semi atau musim hujan. Waktu ini sangat berguna untuk mengefisienkan perjalanan Anda saat 'mencuri waktu' untuk memotret. 

Kalau dalam foto yang diriset direkam pagi hari, maka itu akan menjadi trip pertama saat memulai quick traveling. Begitu seterusnya hingga menjadi urutan waktu berakhir di malam hari. Sehingga dengan mempelajari foto dari urutan waktu yang dihasilkan, mulai tergambar peta perjalanan singkat Anda di suatu tempat, bukan?

Selain itu, bulan/musim saat pengambilan gambar yang sedang diriset juga tidak salahnya untuk dicek. Jangan-jangan, ada event atau kegiatan budaya yang bertepatan dengan kunjungan Anda ke luar kota/luar negeri. 

Dengan mempelajari musim/bulan tertentu, akan terbaca juga kebiasaan masyarakat setempat yang kira-kira layak untuk difoto. Bila itu menarik, dapat menjadi prioritas utama saat mengajak kamera kesayangan jalan-jalan. 

Yang tidak kalah penting, perhatikan spot pengambilan gambar dalam foto-foto yang sedang diriset. Kira-kira sudutnya darimana, bagaimana dengan komposisinya, letaknya jauh atau tidak, menggunakan lensa lebar ataukah lensa normal. 

Bukan untuk mencontek, melainkan untuk membantu imajinasi Anda bermain, kira-kira akan bagaimana nanti kalau sudah di lokasi. Atau sebaliknya, dengan mempelajari foto-foto yang sudah ada, Anda bisa membuat foto yang berbeda dan dapat menghindari pengulangan foto yang membosankan.

Sehingga saat sampai di lokasi, hasil riset ini dapat membantu mengefisienkan waktu yang singkat, memilih jenis lensa, mencari sudut pengambilan gambar, memperhatikan arah cahaya, dan segera merekam dengan komposisi yang menarik. 

3. Setelah melakukan riset kecil-kecilan, buat rute perjalanan seefektif mungkin ke tempat yang akan dituju. Apakah menggunakan bus, subway, taksi ataukah menyewa kendaraan sendiri. Akan lebih beruntung bila menemui guide lokal, misalkan rekan kerja di daerah yang dengan sukarela mengantar Anda. 

Rute ini penting untuk membuat urutan waktu (rundown) acara foto-foto tersebut. Buat urutan dari pagi hingga malam hari. Pastikan tempat yang akan dituju sembari mengkonsultasikan segala kemungkinan dengan guide lokal. 

Kalau Anda menyukai street photography, pastikan rute yang dilalui melewati tempat-tempat yang fotojenik dan mampu merangkum kekayaan budaya lokal seperti arsitektur dan human interest.

4. Saat sesampai di tempat yang akan dituju, tidak ada salahnya mencari toko buku atau gerai yang menyediakan kartu pos dengan gambar tempat wisata lokal. Perhatikan foto dalam post card tersebut, barangkali bisa menjadi acuan dalam hunting foto singkat nanti.

Juga cari peta wisata setempat. Siapa tahu ada referensi tambahan untuk hunting foto. Peta ini juga bisa dipergunakan untuk bahan properti saat foto-foto nanti.

5. Saat eksekusi lapangan, tetap santai jangan terburu-buru memencet kamera. Pastikan Anda mengkontrol gambar yang akan dihasilkan dari data teknis kamera, penguasaan medan hingga merekam suasana yang dilihat.

6. Bawalah kamera cadangan setidaknya satu kamera. Kamera cadangan ini sangat berguna saat kamera utama mengalami error/kerusakan. Kalau perlu, bawa juga sebuah kamera poket untuk kondisi krusial, misalkan 2 kamera utama tiba-tiba tidak berfungsi.

Untuk lensa, setidaknya membawa 2 lensa yakni lensa lebar dan lensa normal. Lensa lebar untuk dibawah 50mm, dan lensa normal antara 50mm hingga 70mm dalam paradigma kamera film 35mm/full frame. 

7. Bawalah memori kamera sebesar mungkin, misalkan hingga 32 GB. Memori besar untuk mewadahi ukuran foto terbesar (large) saat memotret. Menggunakan ukuran terbesar saat hunting singkat tidak ada salahnya untuk mengantisipasi croping saat mengedit gambar.


Sumber : Detikinet

Pakai Banyak Antivirus di PC, Apa Gak 'Bentrok'?


Bagi komputer anda, antivirus berbeda dengan browser atau program MS Office. Anda bisa menggunakan beberapa browser berbeda dan menjalankan pada saat yang sama tanpa masalah, demikian pula anda bisa menggunakan MS Offfice dan Open Office pada komputer yang sama tanpa mengalami masalah.

Tetapi antivirus memiliki tugas memantau lalu lintas semua data di komputer anda, jadi setiap kali ada data / aplikasi ingin diakses apakah di unduh, dieksekusi atau cuma di lihat (browse) maka “on access scanner” dari program antivirus selalu memeriksa dahulu data yang bersangkutan dan jika aplikasi yang diakses tersebut merupakan virus, maka akan langsung diamankan / dikarantina

Kalau ada dua program antivirus yang aktif, maka ada dua proses “on access scanner” dua program antivirus yang akan berebut menangkap dan mengkarantina program yang dianggap jahat tersebut. Akibatnya adalah sistem komputer menjadi crash.

Selain itu, dua on access scanner yang berjalan berbarengan tentunya menghabiskan sumberdaya (RAM) komputer dan mengakibatkan inefisiensi.

Masalah yang sering timbul dengan penggunaan dua antivirus adalah definisi virus dari software antivirus seharusnya di enkrip dengan baik sehingga tidak bisa di scan oleh program antivirus lain (yang akan mengakibatkan false positive).

Namun ada antivirus yang tidak melakukan enkripsi dengan baik sehingga definisi virusnya dapat di scan dan program antivirus tersebut terdeteksi sebagai virus oleh program antivirus lain, hal ini pernah terjadi di Indonesia dimana ada program antivirus yang tidak melakukan enkripsi definisivirusnya dengan baik dan terdeteksi sebagai virus oleh program-program antivirus lain sebagai virus, bukannya memperbaiki enkripsinya pembuat program antivirus ini malah menyalahkan program antivirus lain dan meminta antivirus lain untuk mengecualikan definisi virusnya secara manual.

Daripada menggunakan dua antivirus, Vaksincom menyarankan anda untuk menggunakan antivirus yang dilengkapi Firewall karena perlindungan Firewall juga tidak kalah penting dari antivirus dan saat ini sudah merupakan satu kebutuhan.

Ada solusi jika ingin mendapatkan perlindungan ganda dari antivirus tanpa menghadapi masalah di atas:

1. Jika anda mencurigai suatu program marupakan malware / virus baru tetapi kok tidak terdeteksi antivirus yang anda gunakan, anda bisa menggunakan program scanner independen yang tidak menginstalkan dirinya seperti Norman Malware Cleaner atau Dr Web Cure iT yang dapat diunduh secara gratis untuk melakukan scanning manual.

Selain itu kamu juga bisa memanfaatkan fasilitas scanning online seperti Virus Total www.virustotal.comyang menggunakan lebih dari 40 program antivirus ternama untuk memeriksa file / program yang anda curigai bervirus.

2. Jika anda tetap ingin mendapatkan perlindungan 2 engine antivirus pada saat yang bersamaan secara live di komputer anda tanpa mengorbankan sumber daya komputer atau mengakibatkan crash. Anda bisa mempertimbangkan program antivirus yang menggunakan multiple antivirus engine seperti G Data antivirus yang menggunakan 2 engine antivirus ternama dan memberikan memang terbukti tingkat deteksi virus yang lebih baik dibandingkan program antivirus lainnya (99 % deteksi malware menurut pengetesan Virus Bulletin)

Dengan solusi ini, anda bisa mendapatkan perlindungan terbaik karena adanya 2 engine antivirus independen yang selalu bekerja melindungi komputer anda namun tidak menguras sumberdaya komputer dan biaya yang tidak berbeda dengan antivirus komersial lainnya.


Sumber : Detikinet

Android Milik Google atau Linux?


Android adalah sistem operasi yang dibangun berdasarkan Linux OS dan sifatnya “open source”. Jadi agak sulit menjawab siapa yang memiliki suatu OS open source. Bisa dijawab semua orang memiliki itu atau tidak ada siapapun yang memilikinya :).


Memang OS Android pada awalnya dibangun oleh Android Inc yang secara finansial didukung oleh Google dan akhirnya dibeli oleh Google pada tahun 2005. Android diluncurkan pada tahun 2007 bersamaan dengan pendirian OHA Open Handset Alliance, konsorsium yang saat ini (Februari 2013) terdiri dari 84 perusahaan hardware, software dan telco seperti HTC, Samsung, Sony, Dell, Intel, Motorola, Qualxomm, LG, Nvidia dan T-Mobile yang memiliki misi membuat satu standar terbuka untuk peralatan mobile, awalnya hanya smartphone dan tablet tetapi saat ini mulai banyak peralatan elektronik lain menggunakan Android seperti TV, Lemari es dan peralatan lainnya.



Kalau melihat dari kontribusinya, Google merupakan kontributor terbesar Android tetapi tidak bisa dikatakan sebagai pemilik Android. Google tidak mendapatkan royalti langsung dari penggunaan Android dan hanya mendapatkan penghasilan tidak langsung seperti iklan search di Android, hal yang sama didapatkan Google juga dari iPhone dan Windows Phone. Inilah salah satu sebabnya Apple mengalami kesulitan menuntut Google dan memilih menuntut Samsung.



Malahan, pendapatan Google dari iOS (Youtube, Google Map dan Google Search) pada tahun 2011 beberapa kali lipat lebih besar daripada pendapatannya di Android. Dan satu fakta yang lebih mencengangkan lagi, Microsoft mendapatkan keuntungan besar di tahun 2012 dari penjualan smartphone dimana pada salam satu kuartal saja ia berhasil mendapatkan 800 juta dolar dari Samsung dan HTC, tetapi royalti itu bukan datang dari handset Windows Phone, tetapi dari Android dimana Samsung dan HTC lah yang harus membayar royalti kepada Microsoft setiap kali menjual smartphone Android.

Sumber : Detikinet

Anda Tak akan Pernah Jadi Pengusaha Jika Tak Pernah Mencoba!


Banyak orang yang ingin memulai usaha selalu mempunyai pertanyaan: bagaimana memulai suatu bisnis, apa yang harus dipersiapkan, bagaimana dengan risikonya dan lain-lain.

Dan apakah memulai usaha harus dalam kondisi yang ideal? Ingatlah, kita tidak akan pernah bisa mencapai kondisi ideal karena menjadi sifat manusia yang akan selalu merasa tidak cukup. Dan pada akhirnya kita tidak akan pernah menjalankan apa yang menjadi keinginan jika kita masih juga mengharapkan untuk mendapatkan kondisi yang ideal.

Kondisi ideal seperti apa ?

Saya ingin berbisnis, saya sudah punya ide yang cemerlang untuk bisnis saya ini, saya akan jual ini dan itu. Tapi saya harus memiliki modal sebesar Rp 50 juta, kemudian mencari lokasi yang sangat strategis, lalu mendapatkan karyawan yang jujur, amanah dan produktif. 

Saya juga harus belajar bisnis sebanyak-banyaknya terlebih dahulu karena saya takut gagal dan takut menghadapi risiko.

Yakinlah kita tidak akan bisa mempunyai bisnis apapun, jika menunggu kondisi ideal seperti diatas. Jika pun pada akhirnya mempunyai bisnis maka memulainya dalam waktu yang sangat lama dan bakal kehilangan momentum-momentum yang bagus. 

Di awal usaha, modal sekian puluh juta akan sulit didapat, lokasi yang strategis adalah sangat mahal, mendapatkan karyawan yang sesuai keinginan laksana mimpi. Dan impian memang akan menjadi mimpi belaka karena kita tidak menjalankannya. Knowledge is just knowledge if we never apply it. 

Sekarang bukan jamannya lagi ‘knowledge is power’ tapi ‘applied knowledge is power’. Gagal dan risiko adalah bumbu kesuksesan yang tertunda.

Semua butuh proses. Semua butuh belajar. Tapi harus 1B3P : Belajar lalu praktik, praktik, praktek atau 1B3A: Belajar lalu action, action, action.
Mari kita belajar dengan mempraktekkannya. Apa kondisi ideal anda?


Sumber : Detik Finance

mining